Sandal Jepit Berderajat

Selasa, 04 September 2012


Seiring perkembangan zaman yang di dominasi cara pandang Cartesian dan Newtonian, menempatkan manusia dan sistem sosial seperti layaknya mesin yang diatur oleh remote kontrol. Paradigma abad tujuh belas ini masih mengelora hingga abad sekarang, sehingga manusia seperti dalam kungkungan air dalam gelas sehingga siap digoyang sana sini.

Ya…itulah dunia Newtonian dan Cartesian, dua tokoh besar yang mampu menguasai empirium dunia ini dengan pandangan berfikir logis dan matematis. Dunia itu sering disebut dengan istilah “dunia mekanikal”, cikal bakal lahirnya para pemikir seperti Rene Descartes, Francis Bacon berlanjut hingga pemikir mekanik Isaac Newton.

Francis Bacon mengatakan, “kita harus menghadapi dunia ini sebagaimana adanya, bukan sebagaimaa dunia yang kita inginkan”.

Sadar atau tidak sadar cara berfikir Francis Bacon masih berlanjut hingga sekarang, sampai kitapun tidak menyadarinya. Cara berfikirnya yang praktis, itu tampil di keseharian kita seperti perkataan; “Segala sesuatu harus obytektif, Coba buktikan (Prove it to me), atau berikan faktanya (Give me the facts)”. Melalui cara berfikir tersebut ia berusaha menanamkan kepada kita segala pengetahuan yang obyektif akan menjadikan manusia berkemampuan untuk mengendalikan dan menundukan alam.

Rene Descartes juga ikut tampil, untuk menundukan alam diperlukan matematika, dengan matematika dapat menerangkan semua keteraturan (total order) dari alam. Sejak itulah pandangan “matematis”, terhadap alam menjadi pandangan yang popular di masyarakat.

Lalu Isaac Newton menemukan matematika juga yakni tenang gaya (forces) yang kita kenal dengan “Hukum Newton”, hukun yang berperan juga dalam memandang secara eksklusif materi dan gerak. Inilah adalah dunia baru yang dikenal dengan “Newtonian World Machine”, yang memandang materi dalam gerak pada dimensi ruang dan waktu.

Berlanjut hingga kita menjadi pesakitan, banyak terjadi eksplorasi dan eksploitasi materi, menginginkan materi untuk memperoleh energi. Alhamdulillah kita sekarang telah menikmatinya, ketika harga BBM naik kita bingung. Ketika harga sembako naik, kita panik atau ketika harga tiket baik pesawat, kereta mapun angkot naik hati menjadi gusur.

Siapa yang patut disalahkan, apakah para penemu cara pandang/paradigma tersebut. Diri kita yang patut disalahkan karena, kita memakainya hingga hati ini telah menguncinya. Hanya sekedar salah penempatan dan pemahaman tanpa dibingkai dengan seatu yang ada pada diri kita dan diluar diri kita. Sehingga untuk mengelurkannya kita kesulitan, sebab penguncinya telah hilang. Maka terlebih dahulu harus ditemukan kuncinya, yakni dengan mendidik akal pikiran untuk memadukan antara akal, indera dan hati.

Materi menjadi ukuran, segala sesuatu diukur dengan suatu yang tampak atau terlihat. Jika engkau seorang penganguran, jika ditanya tentang pekerjaan saudara yang baru bertemu. Apa jawabanmu, tentu pikiranmu akan terpengaruh. Jika kita bertamu atau berjumpa dengan saudara atau teman beragam pertanyaan hampir kesemuanya berbentuk sesuatu yang nampak hingga berwujud materi; istri, pekerjaan, rumah, anak, mobil dll.
Materi adalah segalanya, ia penguasa abad ini. Engkau hendak mau kemana sekarang, kasihan benar dirimu menjadi manusia tertindas. Ayo…coba kamu mau melawan, senjata saja engkau tidak punya. Para penggembor materi sudah memiliki segalanya. Sehingga negeri kurus kering kerontang.

Temukanlah kunci diri, apa kau tahu maksud sandal jepit itu. Mengapa ia berni diatas dibandingkan sandal-sandal yang lebih bagus darinya. Jika engkau berfikir secara materi maka, jelas sekali derajat sandal jepit lehih hina dari sandal dibawahnya.

Tentu anda tidak ingin kalah dengan sandal jepit. Saya pastikan pula bahwa pengguna sandal jepit lebih banyak dari pada sandal lainnya, setiap rumah pasti memiliki sandal jepit. Sungguh jepit sangat mulya. Sebab itulah di sisi Tuhan, yang paling mulia hanya takwanya.

Kunci diri bukan sekedar gemboran-gemboran kembali kepada al-Qur’an, Hadist maupun Khilafah Islamiyah. Kunci diri adalah sesuatu yang terpatri pada dirimu. Maka bukalah segera sehingga engkau bisa belajar kembali dari peninggalan para nabi.

“Sungguh Nabi Muhammad telah diutus dalam kondisi yang sangat sulit dari kondisi yang tidak pernah diutusnya seorang nabi pun sebelumnya, yaitu pada masa fatrah (tidak diutusnya Nabi) dan masa jahiliyyah, yang mana mereka tidak melihat bahwa agama itu lebih baik dari menyembah berhala!. Nabi Muhammad datang dengan membawa (Al- Furqan) sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil, antara orang tua dan anaknya, serta sampai-sampai seseorang mendapatkan ayahnya atau anaknya, atau saudaranya dalam keadaan kafir. Sungguh Allah telah membukakan kunci pintu hatinya dengan keimanan, dan dia mengetahui jika dia tergelincir maka dia akan masuk kedalam neraka. Akan tetapi hatinya tidak terhibur (tenang) karena dia tahu bahwa kekasihnya di neraka dan seperti apa yang telah difirmankan Allah, “Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)...” (Qs. Al Furqan (25): 74). (HR. Bukhari dalam kitab Ash-Shahihah: 2823).


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani