Momentum Kebangkitan Nasional Memperingati Isra Mi’raj

Senin, 13 Agustus 2012

Salah satu ujian keimanan umat Islam yakni peristiwa agung yang disebut dengan isra mi’raj, merupakan peristiwa yang dijalani Rasulullah pada malam 27 rajab tahun ke 12 kenabian. Isra yang memiliki makna perjalanan dimalam hari, sedangkan mi’raj berarti kendaraan sebagai alat transportasi (buraq). Transportasi buraq tersebut memiliki kedasyatan luar biasa yang kecepatanya lebih cepat dengan rambatan cahaya dan kilatannya sebelum manusia mengedipkan mata.
Jibril sebagai pembimbing Rasul mengajak Muhammad keluar dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa yang terletak di Yerussalem, merupakan tempat kiblatnya para nabi. Di setiap perjalanannya Muhammad bertemau para nabi, seperti berkunjung ke Syajar Musa tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari kejaran Fir’aun, lalu menuju Tunesia tempat Nabi Musa menerima wahyu terus menuju baitul’ilmi tempat kelahiran nabi Isa. Hingga perjalanan tersebut menuju tangga ke langit dan sampai ke sidratul muntaha.

Pesan yang paling penting dari peristiwa agung tersebut bagi umat manusia adalah adanya pesan keimanan dan perintah shalat. Dua hal tersebut untuk membimbing manusia menuju jalan kebenaran, sebab sekarang ini bencana alam dan bencana kemanusia telah melanda manusia modern yang berfikir positivistik.
Sehingga nilai-nilai yang tersimpan diluar batas akal manusia tersembunyi, tanpa membuka tabir yang ada didalammnya. Jika ia mampu membukannya kejadian seperti bencana alam berupa gunung meletus, kebanjiran, lumpur lapindo maupun tanah longsor. Tentu manusia akan mengerti, bahwa disetiap kejadian ada tanda-tanda bagi orang yang berakal. Bukan semata-mata akal sebagai daya pikir manusia, namun akal ruhani manusia yang mampu menyelami samudera hikmah.
Begitu juga akan kejadian bencana kemanusiaan berupa kasus korupsi, makelar pajak, pembunuhan maupun pelangaran terhadap hak asasi manusia. Dapat ditangkal melalui perintah isra mi’raj berupa perintah shalat. Sebab didalam ibadah shalat terangkum jelas akan adanya perbuatan untuk mencegah perbuatan amar maruf nahi’ munkar.
Namun manusia telah lupa dengan perintah keimanan dan shalat tersebut. Keimanan manusia diuji dengan berbagai problem atau masalah-masalah yang melingkupinya dari masalah ekonomi hingga sampai pada wilayah politik. Manusia diuji dengan masalah harta, hingga korupsi merajalela menjadi budaya bangsa. Bahkan keimanan manusia diuji dengan berbagai aliran agama, mengangap islamnya paling sempurna.
Shalat hanya dijadikan perintah kewajiban saja tanpa mendalami esensinya. Masjid dan mushala berdiri megah, sebab bantuan sosial pemerintah menunjangnya namun penghuninya hanya lewat sementara tanpa memakmurkannya. Training shalat menjadi mata kuliah supaya manusia dapat menyelami kekhusukan beribadah, tapi ketika ia berhubungan hanya meminta lupa akan proses tujuannya antar manusia dan alam.
Maka ia akan beranggapan bahwa peristiwa isra mi’raj itu hanya angin lalu saja, tanpa ada realitas untuk kembali mengamalkan perintah peristiwa tersebut. Bahkan ada pula yang menganggap peristiwa itu tidak dapat dibuktikan dengan sains. Sebab paham rasionalitas dan empirisme menjadi tolak ukurannya. 
Sungguh manusia dalam gelap peradaban dengan berbagai macam kemudahan yang dicapainya dengan mengelembungnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika terbukti dengan standar positivistik, apakah perintah isra mi’raj benar direnungkan. Nyatanya sama saja, dibuktikan dengan teori relativitas Einsteinpun, tak ada guna jika penyakit peradaban tetap saja menjangkiti.

Rindu Metafisiska
Isra yang memiliki makna perjalanan dimalam hari, menunjukan garis pentingnya berjalan kembali menuju kebangkitan. Pada setiap perjalanan tentu memiliki awal dan tujuan. Perjalanan yang diawali waktu malam hari, malam memiliki sebuah makna kegelapan. Bangsa ini telah dirundung duka kegelapan, maka semestinya menyadari akan hal itu, untuk kembali melakukan isra.
Dengan tujuannya yang termaktup dalam uraian lima dasar Negara yakni pancasila. Ada sebuah kerinduan bagi bangsa ini untuk mengamalkan kembali pancasila. Isra mi’raj merupakan momentum besar dalam mengamalkan pancasila sebagai dasar Negara, tentu dengan mengamalkan perintah keimanan dan shalat.
Sila pertama menitikbertakan pada keimanan, menemukan kembali keyakinan yang hilang. Melalui keyakinan dalam beragama, umat Islam pada khususnya akan menjadikan masjid atau mushala sebagai tempat berkumpul sebagai tolak ukur jamaah yang kuat. Hingga jalinan persatuan dari berbagai macam suku yang berorientasi transendental. Menjadikan shalat sebagai inti sari untuk selalu berbuat kebaikan dan menghindari dari perbuatan yang dilarang.
Namun lembaran tersebut manusia harus membukanya terlebih dahulu dengan menggunakan transcendental intelligence atau kecerdasan ruhaniahnya. Penggunaan kecerdasan ruhani untuk mencapai keimanan yang kuat, maka qalbu (hati) dijadikan pusat dari segala sesuatu. Dengan demikian manusia dapat memahami melalaui asumsi dan proses perenungan yang sangat personal karena didalam qalbu terdapat berbagai potensi yang multidimensional.
Qalbu merupakan tempat dialam jiwa manusia sebagai titik sentral yang menggerakan perbuatan manusia yang memilih untuk berbuat kepada kebaikan atau keburukan. Bahkan rasulullah sendiri telah mengajarkan kepada umatnya, ada sebuah segumpal daging yang diberi makan kebaikan maka ia akan berbuat kebaikan. Sedangkan jika daging tersebut diberi makan keburukan, niscaya keburukan yang dialami. Seandainya para koruptor menyadari akan hal itu, sungguh bangsa ini akan maju. Karena apa yang kita makan, akan menjadi sebuah daging yang mengerakan perilaku dan sikap.
Pada dasarnya kecerdasan ruhani merupakan bukti cinta kepada Tuhan, esensi dari semua kecerdasan. Melalui pembukaan lembaran kepercayaan metafisis isra mi’raj ini, diharapkan menjadi pengerak momentum kebangkitan nasional. Sebab kita menginginkan sebuah tujuan untuk mencapai kesempurnaan, dari hakikat diri kita yakni pembebasan diri dari segala macam penderitaan. Untuk mencapai harus dilalui dengan kesederhanaan hidup yang diwujudkan dengan bentuk praktek dari keimanan dan shalat.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani