Jarum jam terus berputar seiring perjalanan waktu, kini ramadhan datang kembali serasa satu tahun terasa sangat cepat. Ramadhan merupakan bulan yang didalamnya diturunkannya permulaan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Bulan yang memiliki keistimewaan dari bulan-bulan lainnya karena disini umat Islam diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa wajib bagi hambanya yang mampu melaksanakannya.
Dalam surat al-Baqarah ayat 185, al-Qur’an telah menunjukan keistimewaan dari bulan ramadhan dan mengisyaratkan penjelasan yang amat bermakna, pertama syahru ramadhan yang berarti bulan ramadhan yang memiliki keberkahan, bulan ini mengandung hubungan hamba dengan Tuhannya. Kedua, alladzi unzila fiilhil Qur’an yaitu bulan awal mula diturunkannya wahyu al-Qur’an dari malaikat Jibril kepada nabi Muhammad. Ketiga, hudan linnaas wa bayyinatin minal huda wal furqan yang mengandung makna bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk jalan yang lurus dan pembeda antara yang hak dan bathil.
Keempat, faman syahida minkumus syahra fal yashumhu, mengisyaratkan bagaimana sikap seorang mukmin yang melaksanakan kewajiban tersebut yakni puasa ramadhan yang dilaksanakan selama sebulan penuh. Kelima, faman kana maridhan au’ala safarin fa’idddatun min ayyamin ukhara, yang bermakna bahwa bulan ini tidaklah membebani atau memiliki fleksibilitas bagi umat mukmin yang tidak mampu mengerjakannya. Islam mengajarkan sikap untuk tidak memaksakan dan keringannan bagi hambanya yang tidak sanggup mengerjakan ibadah ramadhan.
Keenam, yuridhu bikumul yusra wala yuridu bikumul’usr bahwa Allah sangat menghendaki untuk umatnya kemudahan, tentunya bagi mereka yang tidak mampu atau memiliki udzur syar’i. Ketujuh, walitukmilul iddata, walitukabbirullaha ‘alamaa hadakun, wala’allakum tasykuruun, dengan kemudahan tersebut umat Islam untuk senantiasa bersyukur atas segala kemudahan dalam beribadah.
Ramadhan mengisyaratakan bahwa bulan yang memiliki logika matematis amat dalam dan memiliki maksud tujuan tertentu. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dimasyarakat. Sepeti halnya masalah-masalah sosial kemasyarakatan seperti budaya, korupsi, kasus bank century, lumpur lapindo, masalah video mesum dan lain sebagainya. Maka Allah mengisyaratkan umat manusia untuk ingat akan kelebihan bulan ini dibanding dengan bulan lainnya.
Bulan yang diwajibakan umat Islam untuk melaksanakan puasa ramadhan, yang mengisyaratkan penjelasan yang amat dalam. Karena pada bulan ini ada suatu ekspresi tahunan seperti dugderan, mudik dan masjid-masjid yang dipenuhi dengan jama’ah yang melaksanakan tadarus dan shalat tarawih. Ramadhan bukanlah demi sebuah ekspresi tak terkendali, bukannya menjadikan dirinya kembali suci (fitrah) malahan hanya melaksanakannya sebagai kegiatan tahunan.
Puasa mengajarkan kita untuk menahan nafsu baik nafsu syahwat maupun nafsu keduniaan. Namun setiap tahun kita menjalankan ibadah tersebut justru memiliki ketimpangan moral yang tidak berbanding lurus dengan tujuan dan hakekat puasa untuk menjadi hamba yang bertakwa. Semenjak kasus video Aril, sebelumnya Indonesia menjadi negara nomer tiga yang mengkonsumsi video mesum sekarang justru naik peringkat ke level nomer dua. Kasus korupsi yang telah membudaya dan bahkan saling menyalahkan anturan perundang-undangan. Makelar kasus, lumpur lapindo, bank century dan lain sebagainya yang kini juga belum teratasi.
Apa yang salah dinegeri ini, kalua ada pertanyaan; apakah manusiannya atau ajaran agamanya yang salah. Sungguh sangat ironis sekali, bulan ramadhan merupakan bulan kesadaran karena kita disucikan untuk menyadari diri kita, tentang sejatinya kedirian kita malahan menjadi serigala yang saling memakan satu sama lain.
Menuju kebangkitan sosial
Ibadah dibulan ramadhan mengandung pandangan untuk membangun individu yang memiliki kualitas dan peran kekhalifahan. Karena agama Islam mengajarkan lima dimensi bagi umatnya ritual, mistikal, idiologi, intelektual dan sosial. Apakah penyebab permasalahan-permasalahn sosial kemasyaraktan yang hingga kini belum tertuntaskan.
Dalam dini manusasia terdapat dua dimensi yakni material dan imaterial atau jammani dan ruhani. Pada dimensi material, Karl Marx berpendapat bahwa pengendali moral manusia di ditentukan oleh kondisi ekonomi berupa materi yaitu moral manusia ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhinya Sifat manusia sama sekali tidak memiliki daya dan upaya terhadap kondisi lingkungan.
Sedangkan pada dimensi imaterialnya sebagaimana pandangan Sigmund Freud seorang ahli “psiko analisa”, yang menyatakan bahwa manusia sama sekali tidak berdaya terhadap kekuatan yang ada dalam dirinya yaitu berupa kekuatan libido atau kekuatan seksualitas. Semua aktifitas dan pikiran serta perilaku sesorang bersumber pada dorongan kekuatan libido atau seksual, dalam artian bahwa manusia adalah budak sek.
Kondisi inilah yang menyebabkan negara ini rusak dan hancur dengan penjajahan gaya baru berupa perusakan kesejatian diri manusia. Maka diperlukan obat penenang dan racun yang mampu merusak sel-sel keburukan perilaku tersebut. Ramadhan inilah jawabnya, ada sebuah tuntutan untuk mengoreksi kedirian kita.
Diri ini harus mengerti kandungan yang tersirat dan tersurat dalam bulan ramadhan berupa nilai-nilai yakni nilai pendidikan ruhaniyah, aqliyah dan amaliyah. Dalam ajaran puasa dituntut untuk mensucikan diri dari pikiran kotor dan nafsu al-amarah. Begitu pula ajaran amaliyah lainya berupa shalat tarawih, tadarusan bersama untuk menjalin ukhuwah Islamiyah, tali sihlatuhrami dibangun dan dianjurakan untuk memberikan sedekah di bulan suci. Begitu pula nilai aqliyah berupa ketenangan pikiran untuk selalu berfikir yang baik dan bermakna bagi dirinya dan orang lain, tidak mengedepankan ego material maupun imaterial.
Maka dengan nilai-nilai pendidikan tersebut sejatinya diri kita terdapat kesalihan nasional yang menggariskan beberapa prinsip antara lain; pengendalian diri, rasa kesamaan, kasih sayang, tolong menolong, ukhuwah, keadilan amar ma’ruf nahi munkar, demokrasi dan lain sebagainya. Prinsip tersebut merupakan kesejatian kesaliahan nasional yang tertuang dalam pandangan kebinekaan ataupun rasa persatuan dan kesatuan demi Indonesia yang lebih baik.
Karena dengan pandangan kesalihan nasional ada pandangan rasa persaudaraan, tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa hidup sendirian tanpa adanya bantuan dari orang lain. Agama Islam mengajarkan umatnya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (QS. Al-Maidah ayat 2), bukannya pertikaian, permusuhan dan perusakan. Dengan ini manusia memiliki tugas untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungan semesta sebagai mahluk sosial dan dengan Tuhannya sebagai mahluk individu.
Dengan demikian, bulan ramadhan memberikan kesempatan kepada diri kita untuk mengkoreksi tahun-tahun yang lalu tentang diri kita dan kondisi sistem keindonesiaan. Melalui bulan ramadhan atas keistimewaan ibadah puasa diharapkan dapat menuntun kita ke arah kehidupan masyarakat yang lebih beradab dan mampu memecahkan permasalahan-permasalah yang terjadi di Indonesia dengan kebajikan.
Selamat menunaikan ibadah ibadah puasa.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !