Kehidupan di dunia ini
amat sangat realistis, sehingga segala sesuatunya dapat di ukur, di lihat atau
bahkan di rasakan. Seperti saat
seseorang berani melepas jabatan di masyarakat, untuk mendapatkan jabatan yang
lebih tinggi. Proses pelepasan tersebut pastinya sudah dipertimbangkan secara
matang-matang, hingga ia berani mengambil keputusan.
Pelepasan jabatan itu
terjadi di masyarakatnya Ahmad, pemimpin yang menjabat Walikota itu, berani
tampil untuk menduduki kursi tertinggi di ibu kota Negara. Bahkan masyarakat
sangat mendukung sang Walikota untuk bisa mendapatkan jabatan tersebut. Apa
lagi katanya untuk mengharumakan nama kotanya.
Sungguh luar biasa
tentunya dapat menaklukan ibu kota Negara. Apa lagi lawan politiknya di dukung
partai besar dan incumbent pula serta asli penduduk setempat. Tentu sang
Walikota memiliki tantangan yang berat.
Sehingga Ahmad
mengikuti perkembangan pemilihan gurbernur tersebut. Hingga pada akhirnya sang
Walikota mampu menjadi pemenang. Iapun melihat berbagai media baik media cetak
maupun media elektornik yang isi beritanya menampilkan figur Walikota.
Saat di pos ronda
bersama Pak Muh, Ahmad bercerita bahwa dirinya mengikuti perkembangan pemilihan
Gurbernur. Pak Muh hanya bisa tersenyum, lalu bertanya:
“Kamu bangga”
“Jelas. Bahkan aku
bernazar untuk memotong gundul rambutku ini,” sahut Ahmad
“Bangga dengan
kemenangan,” kata Pak Muh
“Ya..pastinya seperti
itu.” Kata Ahmad
Sungguh aneh dunia
sekarang ini. Sungguh menjadi pemimpin adalah amanah yang besar, mereka sangat
bangga ketika menjadi pemenang layaknya kontes pertandingan. Mereka bisa
tersenyum lebar dan bahkan mengelar berbagai macam bentuk ekspresi rasa syukur.
Ketika seseorang
menjadi pemimpin di pemerintahan mereka mendapat sambutan dari berbagai elemen
masyarakat. Mendapat pujian dan ucapan selamat.
"Seseorang
berdiri sambil menyanjung salah seorang Amir (pemimpin) dari pemimpin-pemimpin
lainnya, lalu Al Miqdad menumpahkan debu pada wajahnya dan berkata, 'Rasulullah
Saw telah memerintahkan kepada kita agar menumpahkan debu pada wajah
orang-orang yang suka memuji”. (HR. Muslim).
Andai mereka tahu bahwa
para malaikat dan mahkuk lainnya tidak sanggup mengembang amanah, maka amanah
itu dilimpahkan kepada manusia. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia.” (QS. Al-Ahzab: 72).
Kita semua adalah
pemimpin yang harus mempertanggung jawabkan kepemimpinan. "(Ingatlah)
semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang apa
dipimpinnya, Pemimpin yang memimpin manusia adalah yang bertanggung jawab dan
dia dituntut pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki pemimpin
atas keluarganya, dan dia dituntut pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.
Hamba sahaya seseorang (menurut suatu riwayat, dan pelayan) adalah pemimpin
atas harta majikannya, dan dia dituntut pertanggungjawaban, (seorang wanita
pemimpin dalam keluarga suaminya), (dan dia dituntut pertanggungjawaban),"
-(aku mendengar tentang mereka dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan aku mengira Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berkata, "Seseorang (menjadi pemimpin) dalam menjaga harta
bapaknya). Ingatlah, setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin dituntut
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya”. (HR. Abu Daud, Bukhari dan Muslim)
"Apabila salah
seorang di antara kalian takut kesombongan dan kezhaliman pemimpin, maka
berdoalah, 'Ya Allah, Tuhan langit yang tujuh dan Tuhan 'arsy yang Agung,
jadilah Engkau pelindung saya dari fulan bin fulan dan kelompoknya dari
makhluk-makhluk-Mu yang akan berbuat sewenang-wenang atau menzhalimi saya, Maha
Agung perlindungan-Mu dan sanjungan-Mu, dan tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Engkau." (HR. Bukkhari)
Semarang,
20/09/12
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !