Ahmad seorang mahasiswa
semester akhir yang harus segera menyelesaikan skripsinya. Dia dapat peringatan
baik dari kedua orang tuanya maupun pihak kampus. Iapun bahkan sudah mengalami
keputus asaan, waktunya ia gunakan untuk bersenang-senang demi menghilangkan
stresnya.
Karena sudah hampir
satu tahun ia tidak bisa menyelesaikan pembuatan skripsi. Sehingga ia merasakan
kejenuhan, apa lagi ditambah pihak orang tua yang menuntut segera lulus. Ingin
melihat anak kesayangannya memakai toga wisuda.
Dalam kesendiriannya
menikmati kopi di warung makan, ia teringat dengan gurunya Pak Muh. Lalu ia
mengambil handphone dan menelponnya.
“Assalamualikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Maaf Pak Muh menganggu
waktu maghribnya. Saya ingin konsultasi sedikit.”
“Silahkan. Banyak juga
boleh,” sahut Pak Muh
Ahmad menceritakan
keluhannya, bahwa ia kesulitan menyelesaikan pembuatan skripsinya dan ia
dituntut untuk segera lulus. Ia mengatakan, tiap kali ingin bertemu pembimbing
selalu tidak ada. Jika sampai bertatap muka dengan pembimbing skripsi, ia
selalu mendapatkan kritikan dan suruh merevisi.
“Bagaimana solusinya?”
tanya Ahmad
“Jika Allah selalu
mengabulkan doa anda, tentu anda tidak akan menikmati ikhtiar atau usaha,”
jawab Pak Muh singkat.
Ahmad hanya bisa
mendapatkan jawaban itu. Ia kembali untuk merenungkan kata-kata Pak Muh. “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya
berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia
ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (QS. Al-Israa: 83).
Bagi
seseorang harus ada usaha dan sikap optimis, sebab sikap optimis akan selalu
mengatakan hal baik. “"Tidak ada Adwa (penularan
penyakit) dan rasa putus asa, tetapi optimis (alamat baik) yang Saya cintai, yaitu
kata-kata yang baik." (HR. Bukhari dan Muslim)
Semarang,
18/09/12
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !