Lebih Sopan Kuntilanak

Jumat, 28 September 2012


Pemuda desa bernama Ahmad jalan-jalan ke kota untuk menghilangkan kegelisahan hidupnya. Sesampainya di kota, ia kebingunan hendak kemana. Langkah kakinya telah mengantarkan dia menuju ke sesuatu keramaian. Ia mencoba ke sana, sebab banyak orang berdatangan ke tempat itu.

Ternyata ia telah sampai ke sebuah mall berlantai lima. Di sana ia melihat lalu lalang orang menghabisakan waktunya, sepertinya rasa gelisahnya dapat terobati di tempat itu. Namun ternyata ia rasa gelisahnya semakin bertambah. Karena ia melihat kebanyakan dari kaum hawa memakai pakaian yang serba mini.

“Pantas aja di desaku sekarang banyak wanita berpakaian mini,” dalam hati Ahmad berkata.

Barangkali ini efek dari arus perubahan zaman, dimana kita tidak bisa menyaring hal-hal yang negatif. Kita hanya bisa menirukan gaya masyarakat urban yang cenderung menularkan virus gaya hidup made in barat. Tanpa menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran.

Ahmad menyudahi perjalanannya hari ini, ia telah menambah rasa gelisahnya. Sebelum sampai di rumah, ia mampir ke rumah gurunya Pak Muh. Untung saja Pak Muh ada di teras rumah, merekapun berdialog. Lalu Ahmad mempertanyakan kegelisahannya.

“Mengapa banyak wanita berpakain sexy. Memperlihatkan bentuk kulitnya?”

“Gersang,” jawab Pak Muh

“Apa itu?” Ahmad penasaran atas jawaban singkat itu.

“seGER dan meraSANG.” Kata Pak Muh. Ahmad tertawa lepas.

Kemudian Pak Muh menjelaskan kepada Ahmad; “bahwa kesopanan kita sekarang telah kalah dengan kuntilanak”. Meski kuntilanak tidak memakai jilbab ataupun kerudung, namun pakaian mereka lebih tertutup di bandingkan wanita sekarang memperlihatkan lekuk tubuhnya

Katakanlah kepada wanita  yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)

Semarang, 19/09/12
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani