Tawuran vs Tawaran

Kamis, 27 September 2012

Tanpa sadar banyak orang mengalami tekanan dalam menjalani hidupnya. Bukannya beban masalah yang terlalu berat ataupun memiliki segalanya. Akan tetapi oleh sebab nilai-nilai budaya yang seakan luntur di negeri ini.

Tentu dalam menikmati hidup, hal terpenting yang harus dilakukan adalah berusaha menjadi baik berkahlakul karimah dan sadar akan tanggung jawab. Prinsip itu semestinya tertanam kepada orang-orang terdidik yang bisa menikmati bangku sekolah.

Dalam kesendirian Pak Muh, merenungkan kisah tawuran anak sekolah yang tega dan berani membunuh. Dari lubuk hatinya ia berucap, waktu sekolah dulu jika di tampar, di cubit maupun di ludahi oleh guru. Hal itu sudah bisa, namun sekarang pelanggaran HAM dan bisa-bisa masuk penjara.

“Inikah kebebasan,” kata Pak Muh.

Iapun melanjutkan sebuah kemungkinan, apakah sekarang sekolahan hanya tempat pengajaran bukan tempat belajar. Bukan ingin mensalahkan guru, dahulu guru di gaji sedikit sehingga jarang orang ingin menjadi guru. Mereka yang berkeinginan menjadi guru, hanya orang-orang yang tulus memberikan ilmunya.

“Inikah kebutuhan,” kata Pak Muh.

Apakah ada yang salah dengan tujuan pendidikan kita, slogan pendidikan berkarakter seakan tidak mampu untuk menangulangi kisah mereka. Sungguh pendidikan bertujuan untuk membentuk anak untuk memiliki akhlakul karimah.

“Inikah kemauan,” kata Pak Muh.

Hingga pada akhirnya budaya tawuran sudah menjadi rutinitas di negeri ini baik dilakukan oleh masyarakat, mahasiswa hingga pelajar. Inikah kebebasan untuk melakukan sebuah keputusan. Inikah kebutuhan untuk mempertahankan diri. Inikah kemauan untuk menang sendiri.

Sungguh kita adalah saudara, maka seharusnya saling mengerti dan berbagi dalam susah maupun senang. Mengapa kau saling membunuh, itu bukan hakmu, kata Pak Muh. Iapun menangis dalam kesendiriannya dan membayangkan kiamat (kehancuran) ada di depan mata.

Dan barangsiapa yang mebunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisaa: 93)

Hari kiamat tidak akan tiba, sehingga seseorang membunuh tetangganya, saudaranya, dan bapaknya.” (HR. Bukhari)


Semarang, 25/09/12
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani