Shalat Subuh

Kamis, 20 September 2012


Pada suatu malam yang cerah di hiasi bulan purnama yang indah Ahmad menghadiri acara pengajian di masjid jami di kampung sebelah. Ia berharap bisa mendapatkan ilmu dan pencerahn baru, sehingga hatinya menemukan ketentraman.

Sesampainya di sana, tempat telah dipadati para jamaah. Sepertinya tidak ada tempat untuk Ahmad, dari kejauhan ada yang memangil nama Ahmad. Iapun mencari arah suara itu, ternyata gurunya yang telah memanggilnnya. Ahmad menghampiri Pak Muh, meski tempatnya di pojok dan hanya bisa mendengar ceramah dari Pak Kiai. Tanpa bisa melihat bentuk wajah sang kiai.

Meski begitu Ahmad dan Pak Muh tetap bisa menikmati ceramah pengajian dengan penceramah Kiai dari Jawa Timur ini. Ahmad sangat menikmati lembut suara sang kiai, hingga sampai selesai ia mendengarkan berbagai keterangan dari sang kiai.

Di perjalanan pulang, ia di bonjeng montor oleh Pak Muh. Tiba-tiba Ahmad membincang sesuatu hal.

“Kenapa ketika pengajian maupun shalat hari-bari besar, jamaah masjid selalu ramai. Tapi kalau shalat subuh di jamin sepi?”.

Pak Muh mendengar ucapannya, lalu ia berkata “Sesuatu yang mudah di kerjakan, namun mudah untuk di tinggalkan”.

Ahmad semakin tenang hatinya, selain mendapatkan keterangan dari sang kiai, ia juga menemukan pencerahan dari sang guru. “Apabila Rasulullah selesai menunaikan shalat subuh, beliau selalu duduk di tempat shalatnya hingga terbit matahari.” (HR. Muslim).

Semarang, 19/09/12
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani