Pada suatu malam yang
cerah di hiasi bulan purnama yang indah Ahmad menghadiri acara pengajian di
masjid jami di kampung sebelah. Ia berharap bisa mendapatkan ilmu dan pencerahn
baru, sehingga hatinya menemukan ketentraman.
Sesampainya di sana,
tempat telah dipadati para jamaah. Sepertinya tidak ada tempat untuk Ahmad,
dari kejauhan ada yang memangil nama Ahmad. Iapun mencari arah suara itu,
ternyata gurunya yang telah memanggilnnya. Ahmad menghampiri Pak Muh, meski
tempatnya di pojok dan hanya bisa mendengar ceramah dari Pak Kiai. Tanpa bisa
melihat bentuk wajah sang kiai.
Meski begitu Ahmad dan
Pak Muh tetap bisa menikmati ceramah pengajian dengan penceramah Kiai dari Jawa
Timur ini. Ahmad sangat menikmati lembut suara sang kiai, hingga sampai selesai
ia mendengarkan berbagai keterangan dari sang kiai.
Di perjalanan pulang,
ia di bonjeng montor oleh Pak Muh. Tiba-tiba Ahmad membincang sesuatu hal.
“Kenapa ketika
pengajian maupun shalat hari-bari besar, jamaah masjid selalu ramai. Tapi kalau
shalat subuh di jamin sepi?”.
Pak Muh mendengar
ucapannya, lalu ia berkata “Sesuatu yang mudah di kerjakan, namun mudah untuk
di tinggalkan”.
Ahmad semakin tenang
hatinya, selain mendapatkan keterangan dari sang kiai, ia juga menemukan
pencerahan dari sang guru. “Apabila Rasulullah selesai menunaikan shalat
subuh, beliau selalu duduk di tempat shalatnya hingga terbit matahari.”
(HR. Muslim).
Semarang, 19/09/12
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !