Bank Guru

Jumat, 30 November 2012

Pendidikan tidak hanya sebagai alat maupun tempat memperoleh pengetahuan kemampuan akademik, akan tetapi sekarang ini sebagai suatu alat untuk mengawal dan mengenal alam sekitar dan juga menjaga kelestariannya. Karena tidak dapat dipungkiri alam sekitar merupakan obyek yang harus dikendalikan secara sadar, apa lagi di Indonesia rentan dengan bahaya bencana alam seperti tanah longsor, banjir dan tsunami.

Maka peran guru dan kepala sekolah tidak hanya memiliki kemampuan edukatif dan manajerial. Tapi sekarang ini dituntut bagaimana dia mampu menjadi seseorang yang memiliki jati diri dan kemandirian. Kemampuan tersebut ternyata dapat didorong dengan pemahaman pendidikan alam sekitar.

Hal ini menilik dari tahun ke tahun, seorang guru pastinya menginginkan memiliki kemandirian financial. Tidak pelak dari tahun ke tahun penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS), para guru berbondong-bondong mendaftarkan untuk mengikuti seleksi pagawai negeri. Ini bukanlah sebuah fenomena, tapi menjadi suatu yang praktis dan menjadi kebutuhan. Setiap guru mengginginkan jaminan yang layak didalam bekerja pada suatu instansi dan instansi pemerintah itulah yang mendorong kuat untuk memperoleh kemakmuran.
Walaupun formasi guru sedikit, perebutan kursi kemakmuran itu tidak menjadi masalah dan paling ironisnya, jika ada manipulasi penerimaan pegawai negeri yang tidak sehat.

Melihat realitas tersebut, lembaga pendidikan dituntut untuk bisa memberikan kemakmuran pada pegawainya. Memiliki jati diri dan kemandirian itulah harapan seorang guru dan lembaga pendidikan. Alam sekitar sebenarnya telah memberikan kita jawaban dan pelajaran realitas yang dihadapi.

Bukan berarti memanfaatkan alam sekitar dengan cara eksploitatif, akan tetapi membudidayakan sehingga lebih bermanfaat. Salah satu alternatif untuk mendukung kemandirian dan jati diri guru yakni dengan mendirikan bank guru. Bank guru bukan berarti memotong gaji guru, akan tetapi melibatkan semua unsur pendidikan dari guru, tukang kebun hingga siswa.

Bank guru dengan cara memanfaatkan alam sekitar, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai inovasi dan kreativitas. Seperti pembuatan sentra-sentra alam, dengan membudidayakan segenap kemampuan komunitas sekolah. Sentra tersebut seperti pembuatan tabung sampah, tabung sampah ini dapat di golongkan dengan berbagai jenis; pertama, sentra tabung sampah kering dengan pemanfaatan limbah sampah kering untuk dapat didaur ulang, pembuatan pernak-pernik, dan kerajianan. Kedua, tabung sampah basah/organik dengan cara pemberdayaan pembuatan kompos ataupun bioteknologi yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya dengan pemanfaatan lahan sekolah seperti bercocok tanam, pembuatan bonsai ataupun berternak. Ketiga, tabung sampah logam dengan memanfaatkan barang-barang logam yang sudah tidak bermanfaat seperti paku, besi aluminium maupun kuningan.

Dari ketiga tabung sampah tersebut dapat dikembangkan menjadi sentra-sentra kreatif, seperti yang telah disebutkan diatas.  Semisal sentra kerajinan mainan sampah, sentra kertas olahan, sentra pembelajaran edukatif dari bahan plastik dan kaleng, sentra bercocok tanam (jamur, pisang, singkong maupun ketela) sehingga dapat dibuat olahan baru dengan pembuatan sentra kripik maupun olahan produk pertanian.

Semua ini dapat tercapai jika terjalin hubungan yang harmonis dari berbagai pihak. Selanjutnya dikelola menjadi bank guru dan semuannya diperuntukan bagi kesejahteraan guru, sehinga guru memiliki sumber dana baru diluar jam mengajar. Bahkan pendidikan juga turut serta dalam melestarikan dan menjaga lingkungan hidup. Bukan berharap untuk mendapatkan kemamuran tanpa adanya usaha.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani