Meminta Kepemimpinan

Sabtu, 08 Desember 2012

Manusia terlahir dengan visi utamanya menjadi khalifah atau pemimpin di dunia. Namun jika menjadi pemimpin di realitas masyarakat dengan anak turunnya berupa jabatan, tentu memiliki kenikmatan sendiri. Bahkan menjadi seorang pemimpin dengan jabatan tinggi merupakan impian.
Namun sungguh aneh sekarang, kata Pak Muh.

Anehnya bukan karena visi utama, melainkan kepemimpinan yang berupa jabatan kini semakin diperebutkan. Tentu saja jabatan kepemimpinan yang menjanjikan berbagai kenikmatan dunia. Untuk mendapatakannya terkadang harus siap mengeluarkan uang dan harta yang banyak.

Inilah ambisi manusia atas jabatan kepemimpinan, bisik Pak Muh. Lalu ia berfikir tentang hadist Rasul, “Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan mejadi penyesalan.” (HR. Bukhari).

Ini memang sudah terjadi, semua berambisi untuk merebutkannya baik kursi jabatan untuk menjadi presiden, menteri, gurbernur, wali kota, bupati bahkan ditingkatan terkecil menjadi lurah maupun di sebuah lembaga organisasi.

Apakah karena menjadi pemimpin memudahkan seseorang untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu yang menawarkan kepopuleran hidup, ketenaran kehormatan atau akan mendapatkan status sosial yang tinggi. Ah..sungguh aneh dunia kepemimpinan ini, semua jadi lahan rebutan. Pak Muh ingat nasehat Rasulullah kepada para sahabatnya tentang kepemimpinan.

Wahai Abdurrahman bin sumarah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena pemintaanmu, niscaya akan dibebankan keadamu (tidak akan di tolong).” (HR. Bukhari)

Bahkan suatu ketika ada sahabat Rasulullah yakni Abu Dzar Al-Ghifari datang kepada Rasul, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, tidaklah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?”. Mendengar permintaanku, lalu Rasul menepuk pundakku seraya berkata:

Wahai Abu Dzar engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim)

Ya..inilah dunia, apa lagi jika ada kata-kata politik partai, semua berkeinginan menambang suara dalam rangka memperoleh simpati masyarakat sehingga berbagai macam cara dilakukan seperti suap, membeli suara maupun mengeluarkan biayaya kampanye yang tinggih. Inilah jalan untuk memudahkan meraih jabatan. Untuk mejadi calon saja, ia rela mengkampanyekan dirinya dengan berbagai macam program dan visi. Namun sesungguhnya program dan visi misi adalah sebuah perkataan amanah yang harus dilaksanakan.

Sejenak Pak Muh merenungkan berbagai macam tragedi kepemimpina di negeri ini. Ketika seseorang telah meraih jabatan, sungguh malang mereka yang menjadikan jabatan menjadi ladang memenuhi hawa nafsunya sehingga tak heran jika banyak pejabat tersandung masalah korupsi.

Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Muslim)
Semarang, 8/12/12
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mahasciena
Copyright © 2011. Mahasciena - Lukni Maulana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Lukni Maulana
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani